Saturday 16 August 2008

Wiranto Bukan Penumpang Gelap


Jakarta, Media Centre – Mantan Panglima ABRI Jendral TNI (Purn) Wiranto, yang kini Ketua Umum DPP Partai Hanura ternyata bukan penumpang gelap sebagaimana yang disebutkan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla. Hasil penelusuran dokumen Institute for Democracy of Indonesia, Kamis (23/10), Wiranto sebelum mendirikan Partai Hanura adalah kader Golkar yang kemudian mengundurkan diri melalui surat resmi yang diterima Jusuf Kalla.
Sejumlah media cetak edisi 23 Desember 2006 mengutip pernyataan Jusuf Kalla yang menyebutkan Wiranto secara resmi keluar dari Golkar. Koran Kompas (23/12/06) menyebutkan surat permintaan berhenti dari Partai Golkar disampaikan Wiranto kepada Jusuf Kalla, dan telah disetujui pada Jum’at (22/12) pagi. “Pak Wiranto mengajukan surat permintaan berhenti dari Partai Golkar. Pak Wiranto adalah calon presiden yang diusung Partai Golkar dalam pemilihan umum 2004. Permintaan berhenti disetujui karena tidak mungkin berada di dua partai politik,” ujar Jusuf Kalla dalam jumpa pers seusai sholat Jum’at (22/12/06) di Istana Wapres.
Indo Pos edisi 23 Desember 2006 mengutip pernyataan Jusuf Kalla yang menyatakan bahwa surat pengunduran diri Wiranto dari Partai Golkar sudah diterima sejak Kamis (21/12/06), saat Partai Hanura dideklarasikan. Sebelum mengundurkan diri, status Wiranto adalah sebagai salah seorang penasehat Partai Golkar. Pada terbitan hari yang sama sejumlah Koran seperti Koran Tempo, Media Indonesia, dan Republika selain membahas pengunduran diri Wiranto dari Partai Golkar juga mengutip Jusuf Kalla yang mengucapkan selamat datang kepada Wiranto dalam dunia politik.
Sejumlah dokumen pemberitaan media cetak tersebut membuktikan bahwa Wiranto bukanlah penumpang gelap di Partai Golkar sebagaimana disebutkan Jusuf Kalla. Juru bicara DPP Partai HANURA R. Yogi Soehandoyo menilai pernyataan Ketua DPP Partai Golkar Yusuf Kalla sebagai suatu kelalaian – lupa, sehingga keluar pernyataan ‘asbun’ asal bunyi. “Sebagai pemimpin partai yang terbesar, seharusnya beliau memberikan keteladanan sebagai pemimpin yang bermartabat dan bersahabat,” ujarnya.
Sebagaimana ditulis sejumlah media cetak, Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla tidak ingin Golkar disusupi oleh penumpang gelap, seperti pengalaman tahun 2004 di Konvensi Partai Golkar. “Kita tidak akan pilih lagi ‘penumpang gelap’ seperti dulu,” kata Jusuf Kalla, usai memotong tumpeng di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (20/10/08).
Sebelumnya pada Rapimnas IV Jusuf Kalla juga menyitir yang dimaksudkan penumpang gelap adalah Wiranto. Pada Pilpres 2004 Wiranto menjadi calon dari Partai Golkar setelah memenangi konvensi. “Wiranto belum apa-apa sudah keluar, melawan kita (dirikan Hanura), tanpa (bicara) apa-apa. Kalau Prabowo masih sopan, sampaikan surat. Kalau kader asli tidak begitu,” kata Jusuf Kalla saat itu.
Dengan pernyataan yang tendensius itu, Soehandoyo justru bertanya siapa yang menjadi penumpang gelap dan membelot? Pasalnya ketika konvensi Golkar telah memilih pasangan Wiranto dan Solahudin Wahid sebagai pasangan Capres-Wapres, malah beliau (Jusuf Kalla) menjadi Cawapres-nya SBY. “Seperti kacang lupa kulitnya,” ujar Soehandoyo.* (AJ, AS)

No comments: